Skip to main content

Diaspora Indonesia Ikuti Kejuaraan Badminton Antar Club GCC

Salwa, Kuwait. Sebanyak 10 orang pemain badminton atau bulutangkis Indonesia yang tergabung dalam Indonesian Badminton Club Kuwait (IBC-K) hari ini akan mengikuti kejuaraan badminton antar club negara-negara yang tergabung dalam Gulf Corporation Council (GCC).

Turnamen ini akan berlangsung selama 3 (tiga) hari 21 - 23 September 2017 di Salwa Gym Saad Al Auzi school Kuwait. Kejuaraan badminton atau bulutangkis kali ini mengusung tema "Kuwait Badminton Challenge".

Sejumlah 150 tim juri dan panitia akan terlibat dalam kejuaraan badminton ini. Acara kejuaraan badminton antar club GCC 2017 ini menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi Indonesia. Dimana sebagai sebuah kehormatan nantinya acara akan diresmikan dan dibuka oleh Tatang Budie Utama Razak selaku Duta Besar RI di Kuwait yang juga dihadiri Kapten Ali Al-Marri selaku President Kuwait Badminton Federation.

Adapun club badminton yang berpartisipasi dalam turnamen kali ini berasal dari Kuwait, Qatar, Dubai, India dan Indonesia. Kejuaraan badminton antar club GCC merupakan bentuk kegiatan kompetisi resmi Pemerintah Kuwait (Kuwait Badminton Federation), namun beberapa tahun terakhir pelaksanaannya di serahkan ke Indian Badminton Association - Kuwait (IBAK).

Pada penyelenggaraan tahun lalu, Indonesia yang juga menjadi salah satu peserta turnamen gagal meraih juara pertama. Diaspora Indonesia berada terhenti pada fase semifinal, pemenangnya adalah Tim India IBAK. Keikutsertaan IBC-K dalam kegiatan ini sangat didukung oleh KBRI Kuwait beserta seluruh diaspora Indonesia yang berada di Kuwait, semoga saja dengan materi pelatihan yang lebih baik para pemain Indonesia mampu sukses sebagai pemenangnya.

Informasi partisipasi IBC-K dalam turnamen ini sudah disampaikan sebelumnya sejak 3 bulan lalu. Rangkaian turnamen olahraga menyambut Hari Kemerdekaan RI ke-72 "One Day Badminton" semoga menjadi latihan support menuju pelaksanaan kegiatan antar club GCC kali ini.

Adapun susunan pemain skuad IBC-K di antaranya adalah :


Sebagaimana Assosiasi badminton India di Kuwait yang diperkuat pemain nasional negaranya seperti Alwin Franchis, Shreyans Jaiswal dan beberapa lainnya. IBC-K pun turut mendatangkan bintang tamu pemain kelas nasional langsung dari Indonesia.


Para pemain tamu IBC-K diatas yang didatangkan langsung dari Indonesia adalah :

1. Fikri Ihsandi Hadmadi (Sport Affair Club Malaysia)
2. Viky Anindita (BC Club Luxembourg)
3. Alvindo Saputra (Tangkas Club jakarta)
4. Sulton Al-Hakim (Tjakrindo Club Surabaya)
5. Ery Oktaviani Adriyana (jayaraya Club Jakarta)

Selama mengikuti kejuaraan badminton di Kuwait, Tim Tamu dijamu dan tinggal di Wisma Duta Indonesia. Mari kita dukung bersama dan turut hadir menyaksikan langsung kejuaraan badminton ini, Indonesia Pasti Bisa! Bravo IBCK!  Terima kasih dukungannya KBRI dan seluruh diaspora Indonesia di Kuwait.



Salam Diaspora!

Comments

Popular posts from this blog

17-an Agustus oleh PMI Hotel Grand Hyatt Kuwait

Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-79 tidak hanya dilakukan di dalam negeri saja, namun juga digelar di beberapa negara, salah satunya di Kuwait. Seperti yang dijalani Pekerja Migran Indonesia (PMI) di hotel berbintang lima Grand Hyatt di Kuwait. Perayaan Independence day PMI yang diketuai oleh Ahmad Farkhan itu dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2024.  Acara yang didukung penuh oleh jajaran management Hotel Grand Hyatt tersebut menampilkan pentas seni budaya dan kuliner khas Indonesia.  Acara yang dihadiri langsung  oleh pucuk pimpinan Management hotel, GM Grand Hyatt  Federico Mantoani, Executive Chef Grand Hyatt  Adam Szczechura, HR Director Grand Hyatt  Paul Maritz, HR Manager Natasha Menezez dan beberapa staf lainnya sekaligus juga merupakan ajang promosi seni budaya dan kuliner Nusantara di Kuwait. Diaspora Indonesia yang  berjumlah kurang lebih 30 orang itu menampilkan bakat dan karya terbaiknya. Seni tari dikoordinir oleh  Lilis, Kuliner Indonesia dikoordinir oleh Fa

Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) menyatukan semua Organisasi Masyarakat Indonesia di Kuwait menjadi Istimewa

 Untuk pertama kali nya Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) 2024 di Kuwait diadakan secara bersama dengan melibatkan organisasi masyarakat Indonesia di Kuwait. Acara ini resmi dibuka secara meriah oleh Dubes RI Ibu Lena Maryana, yang dihadiri lebih dari 350 pengunjung. Pada hari Jumat tanggal 20 September 2024, pukul 09.30 bertepatan di Alhilal football Academy Abu Halifa, Kuwait. Kegiatan ini didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuwait (KBRI Kuwait City). Ketua Pelaksana PORSENI adalah Nanang Reska (Div. Olahraga dan Seni FDIK) dibantu oleh tim Olah Raga serta semua panitia PORSENI  dan Penangangung Jawab kegiatan PORSENI adalah Billman Marpaung (ketua FDIK).  Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan tali silaturahmi dan tali persaudaraan antar Organisasi Masyarakat (OrMas) Indonesia di Kuwait. Perlombaan diikuti oleh 23 Organisasi Masyarakat (OrMas). Dengan 10 Cabang Olahraga dan 2 Perlombaan Seni. Adapun lomba yang diadakan adalah Tenis lapangan, Catur, E-spor

Perayaan Hari Buruh Menjadi Simbol Keharmonisan Pekerja Migran Indonesia di Kuwait

  Setiap  tahun pada tanggal 1 Mei, dunia menyaksikan perayaan Hari Buruh, yang lebih dikenal sebagai May Day. Namun, di tengah sorotan atas perayaan ini, mungkin masih banyak orang yang belum sepenuhnya memahami makna sebenarnya di balik istilah May Day. Bukan sekadar sebuah perayaan atau hari libur semata, May Day merupakan momen yang mendalam dan penting bagi para pekerja di seluruh dunia. Ini adalah momen di mana suara para buruh didengar, diakui, dan diperjuangkan. May Day, dengan segala kompleksitas dan maknanya, bukanlah sekadar seremoni tahunan. Ini adalah pengingat yang kuat akan pentingnya kesetaraan, keadilan, dan perlindungan bagi para pekerja di seluruh dunia. Hari Buruh, perayaan yang lahir dari perjuangan para pekerja yang tidak kenal lelah dalam meraih hak-hak mereka di tengah perubahan industri. Dalam sejarah pada abad ke-19, di Eropa Barat dan Amerika Serikat, kondisi kerja yang buruk, jam kerja yang panjang, dan upah yang minim menjadi pemicu perlawanan oleh para pe